Ads (728x90)


postviews postviews postviews

Dilihat kali


Penumpang Dan Nahkoda Tidak Memakai Life Jacket (Fhoto : Aljupri/realitasnews.com)

KARIMUN, Realitasnews.com- Kesadaran masyarakat Karimun masih rendah untuk memakai life jacket, khususnya warga pulau Parit, Karimun padahal pihak pengelola atau ketua boat pancung tujuan Karimun-pulau parit sudah menyediakan life jacket atau baju pelampung sebagai safety jika kapal pompong yang mereka tumpangi karam.

Saat ini cuaca di perairan Kepri sangat ekstrim, bahkan di Tanjung Pinang sebuah kapal Pompong, transfortasi  lintas antar pulau, dari Tanjung Pinang ke pulau Penyengat karam pada MInggu (21/8/2016) pagi akibat diterjang gelombang disertai angin kencang.


Peristiwa tersebut tidak  membuat warga pulau Parit Karimun untuk lebih waspada, pantauan realitasnews.com.Senin (22/8/2016) di pelabuhan Samping Gabion.jalan Ahmad Yani Karimun, boat pancung yang berkapasitas sekitar  10 hingga 12 penumpang berangkat dari Karimun menuju pulau Parit tidak satupun dari penumpang bahkan nahkodanya  yang memakai baju keselamatan atau life jacket.

Ketua Persatuan Boat Pancung Desa Parit Balai, Suhaimi mengatakan pihaknya memiliki baju keselamatan atau life jacket  sumbangan dari KSOP Tanjungbalai Karimun, Polres Karimun, Dinas Perhubungan dan TNI AL. Namun dengan boat pancung Tanjungbalai-Pulau Parit yang berjumlah cukup banyak, baju keselamatan bantuan tersebut tidak cukup  untuk dibagikan pada seluruh penumpang.

"Yang terdaftar resmi ada 36 pancung. Satu pancung kapasitasnya maksimal 12 orang. Paling bantuan yang dapat hanya puluhan saja. Jadi life jaket bantuan itu tidak cukup untuk seluruhnya," kata pria yang akrab disapa Emi itu saat dijumpai.

Untuk mengantisipasi kekurangan, para nahkoda pernah memberlakukan sistim setiap pancung secara bergantian memberikan baju keselamatan pada penumpang. Mereka menyiapkan 15 baju keselamatan yang kemudian diserahkan kepada setiap penumpang pancung yang akan berangkat. Namun sebagian penumpang banyak yang enggan menggunakannya maka cara tersebut tidak dipakai lagi.

"Jadi dulu pernah di pelabuhan ini disediakan 15 life jaket dan di Parit 15 jacket juga. Nanti sampai di tujuan penumpang serahkan lagi pada agen dan dipakai lagi oleh penumpang pancung selanjutnya. Tapi penumpang gak ada yang mau memakainya  cuma dipegang saja, alasan mereka ribet," jelas Emi.

Ditambahkan wakil ketua persatuan boat pancung Parit-Balai, Sudiro, para nahkoda tidak mampu menyediakan baju keselamatan secara pribadi. Oleh karena itu pihaknya masih mengumpulkan bantuan yang ada hingga mencukupi untuk dibagikan pada seluruh pemilik boat pancung.

"Kalau nahkoda macam tak mampu beli sendiri. Satu jaket harganya Rp 60.000. Jadi ada bantuan kita kumpulkan. Kalau sudah cukup baru kita bagikan biar tidak ada kecemburuan," terangnya.

Saat ini untuk meminimalisir resiko yang akan terjadi, para nahkoda boat pancung berpatokan pada kondisi cuaca. Apabila cuaca di laut sedang tidak bersahabat maka boat pancung tidak akan mengangkut penumpang. Para nahkoda juga mengharapkan bantuan dari pemerintah agar dapat memberikan bantuan mengenai keselamatan berlayar tersebu atau lif jacket. (Jup)


Editor              : Lamra