Ads (728x90)


postviews postviews postviews

Dilihat kali



BATAM, Realitasnews.com - I
ndeks Harga Konsumen (IHK) Kepulauan Riau (Kepri) pada Juli 2018 mengalami inflasi. Inflasi IHK Kepri Juli 2018 tercatat 0,27% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 1,14% (mtm) dan lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 0,28% (mtm).

Secara tahunan, inflasi IHK Kepri Juli 2018 tercatat 4,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi Juni 2018 sebesar 4,06% (yoy) dan lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,18% (yoy).

Inflasi Juli 2018 lebih rendah dari rata-rata historisnya tiga tahun terakhir yaitu inflasi 1,00% (mtm). Kelompok komoditas volatile foods dan inti mendorong inflasi Kepri, sedangkan kelompok administered prices mengalami deflasi.

Inflasi kelompok volatile food sebesar 2,46% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,58% (mtm). Peningkatan harga terutama terjadi pada komoditas bayam, kacang panjang dan daging ayam ras. Bayam mencatatkan inflasi sebesar 18,09% (mtm) dengan andil 0,15% (mtm), kacang panjang mencatatkan inflasi sebesar 20,49% (mtm) dengan andil sebesar 0,08% (mtm) sementara daging ayam ras mencatatkan inflasi 4,36% (mtm) dengan andil 0,07% (mtm).

Kenaikan harga bayam dan kacang panjang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan kegagalan panen dan pada akhirnya berdampak pada turunnya jumlah pasokan.

Beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga daging ayam antara lain karena peningkatan harga pakan, pelarangan penggunaan Antibiotic Growth Promotor  yang menyebabkan masa panen menjadi lebih panjang dari 30 hari menjadi 35 hari serta pasokan DOC yang turun.

Kelompok inti mencatatkan inflasi sebesar 0,09% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm). Andil terbesar inflasi kelompok inti bersumber dari kenaikan tarif pulsa ponsel yang mengalami inflasi sebesar 1,01% (mtm) dengan andil 0,02% (mtm) serta kenaikan biaya sekolah dasar yang mengalami inflasi sebesar 0,76% (mtm) dengan andil 0,01% (mtm). Peningkatan tarif pulsa ponsel terutama untuk paket data sedangkan peningkatan biaya sekolah dasar merupakan pola musiman menjelang tahun ajaran baru.

Kelompok komoditas administered prices mencatatkan deflasi 1,17% (mtm), dibandingkan bulan lalu yang mengalami inflasi sebesar 3,15% (mtm). Deflasi pada kelompok administered prices terutama bersumber dari penurunan harga tarif angkutan udara yang mencatatkan deflasi 9,76% (mtm) dengan andil 0,43% (mtm). Penurunan tarif angkutan udara merupakan dampak dari telah berlalunya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang membuat maskapai kembali menurunkan tarif.

Mencermati perkembangan inflasi terkini, inflasi IHK pada Agustus 2018 diperkirakan akan meningkat. Beberapa potensi risiko pendorong inflasi di Kepri antara lain :
  1. Curah hujan yang cukup tinggi diperkirakan masih akan belanjut diperkirakan akan menghambat produksi hasil pertanian seperti bayam, kangkung dan kacang panjang;
  2. Potensi angin kencang dan gelombang tinggi dapat mendorong inflasi komoditas ikan;
  3. Persiapan menjelang tahun ajaran baru terutama untuk univesitas akan mendorong inflasi inti; 
  4. Keterbatasan pasokan daging ayam dan telur ayam ras diperkirakan masih akan berlanjut;
  5. Peningkatan permintaan daging sapi menjelang menjelang Hari Raya Idul Adha;
  6. Kenaikan harga minyak dunia berdampak pada kenaikan harga avtur dan berpotensi mendorong peningkatan tarif angkutan udara.
Pengendalian inflasi Agustus difokuskan untuk mitigasi risiko inflasi terutama menjelang akhir tahun dengan rekomendasi sebagai berikut :
  1. Memanfaatkan kerjasama antardaerah yang telah disepakati serta mendorong kerjasama antardaerah baru untuk menjamin aliran pasokan bahan makanan ke Kepri;
  2. Melakukan pemetaan terhadap pasokan dan produksi bahan pangan;
  3. Menjaga kelancaran arus bongkar muat dan distribusi angkutan barang komoditas strategis yang berpotensi menyumbang inflasi pada saat perubahan cuaca;
  4. Melakukan pengawasan terhadap ketersediaan daging ayam ras dan telur ayam ras untuk mencegah terjadinya moral hazard;
  5. Mengembangkan program urban farming dengan skala yang lebih luas seperti penanaman bayam.

(Humas BI /Lian)

Posting Komentar

Disqus