Ads (728x90)


postviews postviews postviews

Dilihat kali



KARIMUN,  Realitasnews.com - Karantina Pertanian Karimun mengadakan Focus Group Discussion dengan mengusung thema "Sinergi Pengawasan Lalu Lintas Tumbuhan Satwa Liar dan Langka," yang digelar di Hotel Aston Karimun, Kamis (13/02/2020).

Maraknya pengiriman tumbuhan satwa liar yang dilakukan oleh berbagai komunitas seperti komunitas pecinta burung, reptil, bonsai dan lain sebagainya menjadi tantangan tersendiri di era milenial ini. 

Ditambah lagi,perdagangan dari berbagai jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi juga menjadi fokus perhatian karantina.

Oleh karena itu, berdasarkan data IQFAST Karantina Pertanian Karimun, jumlah pengiriman burung pleci kacamata putih pada tahun 2018 adalah 10.616 ekor, sedangkan pada tahun 2019 jumlahnya menurun di angka 2.961 ekor. 

Untuk pengiriman tumbuhan jumlahnya lebih sedikit daripada pengiriman burung. Pada tahun 2018, akar pasak bumi jumlahnya 37 kg dan pada tahun 2019 menjadi nihil atau nol.

Kepala Karantina Pertanian Karimun drh Priyadi mengatakan alasan pentingnya acara ini harus diselenggarakan selain untuk menjawab berbagai pertanyaan dari para komunitas bagaimana persyaratan pengiriman tumbuhan dan satwa liar dan langka, acara ini juga sebagai langkah untuk mengantisipasi adanya tindak penyelundupan

"Dalam acara ini kita hadirkan narasumber baik dari karantina maupun BKSDA agar pengguna jasa dalam hal ini komunitas pecinta burung, reptil dan tanaman hias dapat mengetahui secara pasti bagaimana prosedur lalu lintas tumbuhan dan satwa liar dan langka. Selama ini mereka hanya melakukan permohonan ke karantina saja, padahal pemilik juga harus melengkapi dokumen lain diluar karantina seperti surat angkut tumbuhan dan satwa dalam negeri (SATS-DN) maupun surat angkut tumbuhan dan satwa luar negeri (SATS-LN)," pungkasnya.

Perlu diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbunan menjelaskan bahwa karantina hewan, ikan dan tumbuhan adalah sistem pencegahan masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, dan organisme pengganggu tumbuhan karantina serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan dan mutu pangan keamanan pakan dan mutu pakan, produk rekayasa genetik, sumber daya henetik, agensia hayati, jenis asing invasif, tumbuhan dan satwa liar, serta tumbuhan dan satwa langka yang dimasukkan ke dalam tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Dalam tugas fungsi pengawasan lalu lintas khususnya tumbuhan satwa liar dan langka, tentu saja karantina memerlukan sinergi dari instansi terkait khususnya BKSDA agar peredaran dan pemanfaatannya terkontrol sehingga keberadaan tumbuhan dan satwa ini tidak punah akibat perdangan internasional. Hal ini sesuai dengan Convertion on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora atau Cites.

Daniwari Widiyanto menjelaskan klasifikasi appendiks dalam cites yakni appendiks 1 (terancam punah), appendiks II (belum terancam punah namun perdagangannya harus terkontrol) dan appendiks Ill (jenis-jenis yang diproteks oleh suatu negara dan negara anggota diharapkan membantu untuk mengontrol terhadap ekspornya). 

Setiap klasifikasi ini memiliki perbedaan jenis tumbuhan dan satwa serta tata cara perijinannya. 

Daniwari sebagai narasumber juga memberikan informasi bagaimana prosedur perijinan pengiriman tumbuhan satwa liar dan langka agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Anes Doni, Kepala Bidang Karantina Hewan Hidup, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani yang hadir dalam acara ini mengapresiasi langkah karantina Pertanian Karimun dalam menjembatani permasalahan yang dihadapi oleh para komunitas yang ada di Karimun. 

Pihaknya berharap agar kelestarian flora dan fauna khususnya yang ada di Karimun dapat terjaga dengan baik dan para komunitas dapat mengikuti sebagaimana peraturan yang
telah ditetapkan.

Hadir sebagai narasumber dalam kagiatan ini drh. Anes Doni Kriswito, M.Si, Kepa.
 ( Jup)

Posting Komentar

Disqus