Ads (728x90)


postviews postviews postviews

Dilihat kali


KARIMUN, Realitasnews.com - Kementerian  Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun mencatat adanya penurunan permintaan pasar domestik terhadap komoditas sagu asal Kabupaten Lingga di triwulan I tahun 2020 sebanyak lebih dari 50%. Tercatat hanya 1.264 ton dengan nilai barang sebesar Rp. 7,58 miliar,-  sejak bulan Januari hingga April 2020. Sementara pada periode yang sama tercatat 2.931 ton pangan nilai ekonomi mencapai Rp. 17,58 miliar.

Penurunan ini bukan karena produksi, melainkan adanya kendala transportasi yang tidak beroperasi akibat pembatasan modal transportasi guna pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Biasanya komoditas asal subsektor tanaman pangan ini dilalulintaskan ke Jakarta, Tanjung Pinang dan Selat Panjang.

Untuk itu, guna menjaga stabilitas harga ditingkat petani, Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun bersama-sama dengan instansi serta pemangku kepentingan pertanian melakukan sinergisitas untuk mendorong komoditas ini menjadi ragam baru komoditas ekspor asal Tanjung Balai Karimun.

‘Sejalan dengan Gerakan Tigakali Lipat Ekspor, Gratieks yang digagas oleh Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) maka sinergisitas untuk mendorong peningkatkan ekspor dengan berbagai pihak,” kata Priyadi, Kepala Karantina Pertanian Karantina Tanjung Balai Karimun melalui keterangan tertulisnya (20/5/2020).

Menurut Priyadi, sagu merupakan  alternatif pengganti beras sebagai bahan pangan pokok seperti halnya beberapa wilayah di tanah air sudah biasa mengkonsumsinya. Kabupaten Lingga merupakan pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Riau dengan Daik sebagai ibukotanya. Letak Kabupaten Lingga sangat strategis karena berdekatan dengan Batam dan Bintan serta berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi dan Bangka Belitung. Kabupaten Lingga juga merupakan wilayah kerja Karantina Pertanian Karimun

Tanaman sagu ( Metroxylon sagu Rottb. ) termasuk dalam famili palmae dan merupakan tanaman yang menyimpan pati pada batangnya. Luas perkebunan tanaman sagu di Lingga adalah 3.314 ha dengan jumlah produksi mencapai 2.608,4 ton. Dari jumlah ini, kebutuhan sagu di Lingga bisa dikatakan surplus sehingga perlu gebrakan untuk menembus pasar ekspor, jelas Priyadi lagi.

Apalagi, harga di pasar ekspor khususnya pasar Cina mampu membeli dengan harga sekitar Rp 25.000/kg sementara harga jual skala domestik yang didapat dari petani hanya Rp 6.000/kg. Dan saat ini sagu yang telah dioleh setengah jadi menjadi tepung asal Lingga telah dikirim pada bulan Februari 2020 ke Cina sebagai sample ekspor dan dinyatakan telah memenuhi persyataran teknis sanitari dan fitosanitari negara tersebut.

“Alhamdulilah, semoga setelah pandemi berakhir, pihak otoritas negara Cina dijadwalkan untuk melihat langsung untuk ketelusuran produk. Dan kami siap mengawal,” ujar Priyadi.

 

Potensi Ekspor Tanjung Balai Karimun
Secara terpisah, Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) menyebutkan dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator pertanian di Perdagangan international pihaknya melakukan sinergistas dengan seluruh instansi pertanian dan pihak terkait di seluruh Indonesia.

Aplikasi peta potensi ekspor besutan Barantan ini telah disiapkan guna mendorong pembângunan pertanian berbasis kawasan dan kearifan lokal yang berorientasi ekspor. Informasi yang dapat di akses di seluruh unit pelaksana teknis karantina pertanian ini, berisikan data lalu lintas produk pertanian, baik ekspor, impor dan antar area.

“Tiap pimpinan di unit kerja bertanggungjawab untuk mendorong kinerja ekspor di masing-masing wilayah. Adapun indikatornya selain peningkatan volume dan nilai adalah penambahan negara Tujuan baru dan ragam komoditas. Kita dorong produk baru atau emerging serta produk yang telah diolah, minimal setengah jadi, “ delas Jamil dari ruang monitoring lalulintas produk pertanian di Jakarta.

Jamil menambahkan bahwa fasilitasi ekspor komoditas pertanian melalui Karantina Pertanian Karimun selama Januari hing April 2020 menunjukan tren peningkatan. Tiga komoditas ekspor tertinggi masing-masing adalah  bungkil kelapa madu dan sarang burung walet. Masing-masing tercatat 1,1 ribu ton dengan nilai Rp 14 miliar untuk bungkil kelapa, 6 ton atau senilai Rp 572 juta untuk madu dan 268 kilogram dengen nihai Rp 3,7 miliar intui SBW.  Dan dengan laporan terakhir, sagu menjadi ragam komoditas ekspor baru dari Karimun, ujarnya.

Selain melakukan sinergisitas dengan pemerintah daerah untuk mendorong tumbuhnya ragam komoditas baru, Barantan juga lakukan upaya sinkronisasi aturan perkarantinaan dengan negara tujuan untuk tiap komoditas pertanian. Dengan harapan makin banyak protokol ekspor produk pertanian kita disetujui negara mitra dagang.

Jamil juga menyampaikan pihaknya yang bertugas di border atau batas negeri, khususnya di masa lebaran ini  melakukan peningkatan pengawasan. Khususnya terhadap lalu lintas 11 produk bahan pokok yang dikendalikan seperti beras, jagung, cabe dan lainnya. Langkah yang diambil adalah layanan karantina pertanian tetap berjalan dimasa liburan lebaran, menjalankan operasi patuh karantina bersama dengan instansi keamanan dan terkait dan meningkatkan fungsi intelijen. 

“Lalulintas 11 bahan pokok kami kendalikan sesuai rekomendasi direktorat teknis. Sementara untuk keamanan, kesehatan dan kelancarannya kami kawal,” pungkas Jamil.

(Ril/Jup)

Posting Komentar

Disqus